UNIA Prenduan– Lembaga Pengembangan Pesantren Pesantren dan Diniyah (LPPD) Jawa Timur gelar kembali workshop dengan tema, “Pengembangan Islam Wasathiyah, Penguatan NKRI dan Program LPPD Provinsi Jawa Timur” di IAIN Madura pada Ahad (30/06/2024). Tema diangkat dari keresahan atas tantangan pengembangan Islam wasathiyah di Indonesia seperti ortodoksi, konservatisme, politik identitas, era media sosial, post truth, psikologi massa dan gelombang generasi milenial.
Kegiatan ini diikuti oleh beberapa kampus, salah satunya ialah Universitas Al-Amien terkhusus Program Magister Pendidikan Agama Islam dengan diwakili 6 mahasiswi pascasarjana sebagai penerima beasiswa LPPD Jawa Timur pada tahun 2024. Kurang lebih ada 50 peserta yang berhadir dalam kegiatan tersebut. Turut serta pula kampus-kampus seperti Universitas Annuqayah, IAIN Madura, IAI Miftahul Ulum dan lain-lain.
Ada filosofi menarik yang disampaikan oleh Dr. Saiful Hadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Madura dalam sambutannya. Ia menjelaskan filosofi kampus Tanean Lanjheng. Artinya, tanean lanjheng yang melekat sebagai tradisi Madura bukanlah sekedar tradisi. Tanean Lanjheng bukanlah sekedar halaman yang luas, tetapi juga merupakan entitas beragama. Di samping itu, lautan yang selama ini diinterpretasikan sebagai pembatas antar geografis, jika diamati kembali memiliki makna “golden bridge” yang menghubungkan antar geografis tanpa batas. Bahwa ada proses belajar antar generasi atau diistilahkan dengan etno-learning yang dapat ditarik untuk memaknai Islam wasathiyah dalam wujud agama yang rahmatan lil ‘alamin atau harmoni antar umat beragama. Karenanya, Islam wasathiyah hendaknya terus digalangkan untuk menghadapi tantangan ideologi ekstrim dan radikal yang banyak tersebar kini.
Dalam sambutan berikutnya, Prof. Dr. H. Abd. Halim Soebahar, M.A selaku Ketua LPPD Provinsi Jawa Timur menaruh banyak harapan pada kampus-kampus Madura melalui tersalurnya program beasiswa LPPD Jawa Timur, yakni terutama pada pengembangan sumber daya manusia (SDM) tenaga kependidikan yang berstatus tenaga ahli. Oleh karena itu, hadirnya kampus dan pesantren diharapkan saling bersinergi untuk menguatkan Islam wasathiyah bagi generasi masa kini. Kutipan mengesankan dalam akhir penyampaian materi workshop oleh Prof. Dr. H. Achmad Muhibbin Zuhri, M.A selaku “Kebenaran didapat oleh persepsi bukan fakta”, tuturnya. Bahwa ada interpretasi mendalam yang terkait Islam wasathiyah, sebagai para pejuang akademika yang bertugas mencerdaskan generasi bangsa, kita para pendidik yang memberikan sekaligus mewarnai fondasi pemikiran dan moral pada mereka. Untuk itu, kita butuh tenaga terampil di masa mendatang, yaitu tenaga yang tidak hanya berpengetahuan, melainkan profesional dalam bidangnya. (NLA)